Sunday 12 January 2014

Protein Pengangkut Vitamin D Dalam Tubuh - Budaya dan Pengobatan Modern

Kebudayaan, Genetik, Kedokteran Modern dan Dokter Yang Kurang Waspada 

Mengapa seorang ahli Anthropologi Sosial menulis karangan tentang segi ilmiah yang belakangan ini pouler tentang Vitamin D ? Seorang Epidemiologist yang sibuk dengan ... mendapatkan bahwa defisiensi Vitamin D terjadi dimana -mana. Maka perusahaan pembuat suplemen dan para profesor yang menjadi pion nya berlomba lomba menganjurkan memakai sebanyak mungkin suplemen Vtamain D dalam bentuk tablet. Mereka melupakan alam dan fakta ilmiah, seperti yang terjadi dengan banyak kondisi khronik manusia yang masih belum jelas sebab musababnya.

Kemudian datanglah penjelasan secara ilmiah, para ilmuwan tidak dibayar oleh peruusahaan obat untuk menjelaskan tentang "defisiensi atau kekurangan" vitamain D ini. 

Ketika sedang membaca jurnal kedokteran saya disuatu pagi 21 November 2013, didalam Journal New England Medicine yang baru terbit ada sebuah artikel yang menarik tentang Protein pengikat Vitamin D dan status Vitamin D pada orang Amerika Kulit Hitam dan Kulit Putih (bukankah semua artikel kedokteran itu menarik ? Tergantung minat pembacanya ?) (   NEJM 2013, 369:1991-2000/November 21, 2013). 

Bekerja ditengah orang Indian, saya heran mengapa mereka SEMUA mempunyai kadar vitamin D yang rendah, dan banyak diantara mereka tidak mampu meningkatkan kadar vitamin D dalam darah meskipun telah diberikan tambahan tablet vitamin D sebelumnya . Saya jadi berpikir seperti ini.


   

  

(Wanita Muslim dari Malaysia yang menghadiri Konferensi Hak Asasi Manusia harus menutupi dirinya) 

Indian Amerika sebelumnya adalah langsing dan sekarang mereka kelebihan berat atau over weight. Apakah mungkin ada zat kimia yang sama yang menyebabkan over weight dan kadar vitamin D yang rendah ? Apakah telah terjadi perubahan metabolisme hormonal ketika seorang menjadi over weight atau obesitas dan bagaimana pengaruhnya terhadap kadar vitamin D rendah didalam darah ?  

Apakah ada zat kimia yang dihasilkan oleh kuman didalam usus yang diperlukan untuk proses asimilasi vitamin D dalam cara metabolismenya, yang mana sekarang terganggu karena adanya makanan artifisial dan kandungan zat kimia didalamnya ? Sewaktu mempelajari ilmu kedokteran, saya mempunyai minat besar terhadap penyakit inflamsi (radang) usus dan penyakit tulang termasuk radang sendi arthritis. Suatu penelitian dari Malaysia bahwa penyakit inflamasi usus mempunyai pengaruh terhadap metabolisme tulang tetapi tidak terhadap kadar vitamin D yang rendah dalam darah.  

Jika anda pernah bekerja sebagai dokter dinegara dimana populasi orang kulit hitam lebih banyak, seperti di Jamica dalam kasus saya, maka dengan cepat anda akan menyadari bahwa osteoporosis adalah tidak umum pada kaum kulit hitam. Dan pada waktu yang sama, dibandingkan dengan orang kulit hitam di Amerika, maka orang kulit hitam di Jamaica "defisiensi / kekurangan" vitamin D, terlepas dari kenyataan bahwa mereka tinggal di Jamaica yang banyak sinar matahari!

Ini diperkirakan karena proses evolusi keperluan vitamin D ini membuat kulit manusia menjadi lebih terang karena perpindahan manusia ke arah utara dengan iklim yang lebih dingin. Diperkirakan bahwa diperlukan waktu 20 kali lebih lama untuk orang kulit hitam daripada orang kulit putih, untuk mengumpulkan vitamin D yang sama jumlahnya yang diperlukan.  

Migrasi ke dunia baru terjadi sekitar 500 tahun yang lalu, dan tubuh manusia harus membuat beberapa penyesuaian ketika berpindah dari habitatnya dikatulistiwa. Dan artikel yang saya baca pagi ini, bisa memberi kita beberapa petunjuk bagaimana hal ini bisa terjadi.  

Dengan pemaparan yang secukupnya, maka kulit kita mampu membuat bahan dasar hormon. Wanita Badui dan Arab yang menutupi diri mereka dari kepala hingga ujung kaki adalah jelas mempunyai kadar vitamin D yang rendah meskipun mereka hidup ditengah padang gurun. 

Bahkan di Asia, juga ada perbedaan berdasarkan suku bangsa. Di Malaysia, suatu penelitian tentang wanita menopause, 70 % dari suku Melayu adalah defisiensi vitamin D dibandingkan hanya 10% dari orang Tionghoa Malaysia yang mengalami hal ini. 
Sudah diketahui juga bahwa orang Tionghoa Malaysia adalah lebih sehat, lebih langsing dan mempunyai pola makan yang lebih baik daripada rekan mereka dari suku Melayu, yang banyak mengalami peningkatan BMI dan peningkatan masa lemak. Faktanya perempuan Melayu yang menutupi dirinya (suatu gejalah yang baru) mungkin tidak akan banyak membantu.   




(Orang Tionghoa Malaysia adalah lebih langsing dan hidup lebih lama daripada suku bangsa lain di Malaysia) 
Kebudayaan mempunyai pengaruh terhadap kesehatan anda, mungkin akan membantu dalam konteks kehidupan tradisional, tetapi dalam konteks kehidupan modern, termasuk migrasi, maka mungkin mengacaukan genetik kita. Orang India bagian Timur yang berpindah ke iklim yang lebih dingin dan tetap masih makan Chapatis mereka mempunyai kelainan osteomalacia di Scotland. Orang Asia yang tinggal di bagian selatan Amerika mempunyai kadar vitamin D yang lebih rendah.   

Sebanyak 200 juta manusia yang tinggal dinegeri asing yang bukan milik mereka akan ada pengaruh budaya yang besar dan efek yang tidak diketahui pada pola metabolisme nenek moyang kita yang kita wariskan. Bagaimana mengatur faktor genetika kita yang sudah terbiasa dengan makanan kari dan dal (sejenis makanan India) dengan menu Mc Donalds yang asing bagi kita? (pola metabolisme orang dari India Timur atau orang Asia manapun tidak bisa beradaptasi terhadap Mc Donalds).
Para imigran menjadi gemuk, mereka menderita banyak masalah metabolisme daripada orang lokal yang penduduk asli (misalnya orang Kamboja di Australia, orang Guatemala dan Meksiko di Amerika Serikat, orang Pakistan di Inggris) dan masalah ini terkait dengan artikel yang baru saya baca tadi pagi, Genetika dan Gaangguan Adaptasi Dalam Waktu Yang Singkat    

 
(Wanita Badui yang tinggal di gurun pasir ini sangat mandiri kecuali bahwa mereka juga membungkus diri mereka serapat mungkin, gambar tampak seorang wanita Badui yang mengendarai sebuah mobil truk, yang mana adalah sangat dilarang bagi wanita Arab)

Vitamin D itu dibuat dikulit dan dihati dikonversikan menjadi 25 dihydroxy vitamin D, kemudian berubah menjadi 1,25di hydroxy vitamin D di ginjal. Ini adalah bentuk aktif hormon yang disebut Calcitrol.    

Jika kita semua berasal usul dari Afrika, seperti yang umumnya diyakini, maka tidak diperlukan makanan yang mengandung vitamin D. Hanya sedikit bahan makanan dialam yang merupakan sumber vitamin D : lemak ikan, minyak dari hati ikan, kuning telor.   

Belakangan ini kekurangan vitamin D dikaitkan sebagai penyebab dari berbagai penyakit dan gangguan kekebalan tubuh dan penyakit kanker, tetapi kapan "defisiensi atau kekurangan" dari hasil uji laboratorium akan menjadi "defisensi" yang sungguhan didalam tubuh kita ? 

Literature ini memberikan penjelasan bagi kita. 
25 hydroxy vitamin adalah bahan dasar Calcitrol, yaitu hormon yang merupakan vitamin D, yang banyak beredar didalam darah dengan berikatan protein pengangkut yang unik, Vitamin D Binding Protein (DBP). DBP juga berfungsi mengangkut vitamin D yang dibuat dikulit oleh sinar matahari atau yang kita peroleh dari bahan makanan. 
Ada dua sumber vitamin D dari bahan makanan, tanaman memberi kita D2 dan bahan makanan hewani memberi kita D3 yaitu bentuk yang lebih aktif.   
Dalam penelitian penting ini yang dipublikasikan di New England Journal of Medicine (NEJM), orang kulit hitam mempunyai DBP yang lebih rendah daripada orang kulit putih tetapi ketersediaan hayati 25 hidroxy vitamin D adalah sama meskipun mereka "berbeda" warna kulitnya. 

Orang kulit hitam, orang Asia, orang Meksiko, orang Indian Amerika, mereka semua mempunyai kadar rendah dari 25 hidroxy vitamin D, apakah ini berarti mereka semua adalah kekurangan vitamin D sehingga harus diobati? Kadar DBP yang rendah diantara orang Kulit Hitam dan orang Asia mungkin adalah siasat evolusi dari Sang Pencipta !   

Untuk membuat masalah ini menjadi lebih rumit, penelitain dari Thailand memperlihatkan bahwa variasi genetika dalam DBP akan mempengaruhi respon suplemen oleh tubuh terhadap kadar 25 hidroxy vitamin D ! 
Maka sekali lagi terbukti bahwa budaya dan faktor genetika saling terkait satu dengan lainnya.  

   







Sehingga sebagai seorang dokter adalah tidak cukup kaau hanya memberikan vitamin D dan mengobati angka2 yang tertera didata Kesehatan elektronik pasiennya, mereka seharusnya juga mengetahui : 
  • Suku dan etnik pasiennya, pencampuran ras karena misalnya jumlah orang Meksiko terbanyak yang memiliki darah pribumi Indian

  • Mereka juga harus mengetahui kesehatan metabolik tulang pasien mereka, karena kapadatan tulang atau densitas tulang, karena adalah tidak mudah mengukur kadar DBP atau variasi genetik DBP saat ini 

Tetaplah waspada bahwa  defisiensi vitamin D mungkin sebenarnya bukan defisiensi atau kekurangan sama sekali untuk mayoritas populasi dunia ini. Dan ketika pemeriksaan kadar vitamin D didalam darah yang berulang kali namun tidak ditemukan adanya peningkatan kadar vitamin D, maka dokter janganlah segera "menuduh" bahwa pasiennya tidak meminum obatnya atau tidak menambah jumlah obatnya yang telah mereka konsumsi. 
Namun sebaliknya dokter juga harus mengacuh pada pengetahuan tentang status sosial dan budaya pasiennya. Sehingga bisa mengerti apa yang telah terjadi dengan pasien mereka ini.